21 June 2006

Program Pariwisata Indonesia selalu brantakan


Kompas,
Rabu, 21 Juni 2006



Program Pariwisata Indonesia Kurang Terpadu

Jakarta, Kompas - Di tengah musim liburan sekolah, penawaran program pariwisata Indonesia kurang terpadu. Padahal, negara-negara tetangga begitu gencar mempromosikan pariwisata dengan memanfaatkan momentum liburan sekolah.

Keprihatinan itu diungkapkan kalangan industri pendukung pariwisata di Jakarta, Selasa (20/6). Dalam mengisi masa liburan, Singapura sebagai negara tetangga terdekat Indonesia mampu menggelar "Singapura Great Sale" secara fokus dan terpadu.

Sementara, penawaran daya tarik wisata Indonesia hanya dilakukan secara kedaerahan, seperti Jakarta Great Sale. Bukan promosi wisata secara nasional.

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Yanti Sukamdani Hardjoprakoso mengatakan, selama ini Indonesia tidak memiliki lembaga pariwisata khusus, semacam Singapore Tourism Board. Promosi pariwisata lebih bersifat kedaerahan.

Menurut Yanti, program "Jakarta Great Sale" belumlah mampu memberikan gaung yang signifikan bagi kalangan industri perhotelan. Sampai saat ini, pemerintah pusat cenderung terkungkung pada menjual citra (image) tentang Indonesia yang aman dan nyaman.

"Selama ini pariwisata dianggap penting dalam memberikan setoran pajak kepada negara, tetapi sayangnya sektor pariwisata kurang mendapatkan perhatian pemerintah," tegas Yanti.

Dilihat target pencapaiannya tahun 2006 saja, lanjut Yanti, Indonesia hanya menargetkan 6 juta wisatawan mancanegara, sedangkan Singapura sudah delapan juta wisman dan Malaysia 20 juta wisman.

Direktur Lembaga Pengembangan Informasi Pariwisata (Lepita) Diyak Mulahela berpendapat, promosi pariwisata membutuhkan dana, penanganan yang profesional, dan kerjasama kalangan industri.

Untuk itu, Diyak menyebutkan, sektor pariwisata membutuhkan wadah yang cocok dan didukung oleh pemerintah, industri (perhotelan, biro perjalanan, dan obyek wisata), dan masyarakat. Wadah ini dapat beruba Singapore Tourism Board.

Direktur Jenderal Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) Thamrin B Bachri menegaskan, tugas pokok pemerintah lebih pada "menjual" citra, mulai dari rasa aman, nyaman, dan merasa didukung dengan infrastruktur pariwisata.

"Tugas pemerintah hanya memposisikan citra destinasi. Eforia otonomi daerah membuat daerah ingin berjalan sendiri-sendiri dalam mempromosikan daya tarik wisatanya," kata Thamrin.

Dia mengakui, promosi terpadu baru dilakukan sebatas pameran-pameran di luar negeri. Pemerintah hanya siapkan lahan pameran dan konferensi pers yang tekanannya pada promosi citra pariwisata Indonesia.

Mengenai program terpadu yang pernah dilakukan, seperti "Visit Indonesia Year", Thamrin mengatakan, semestinya program ini diulang kembali. Namun, jika dilihat dari kondisi riilnya, Indonesia masih berada dalam pasca pemulihan.

Menurut Thamrin, ledakan bom Bali akibat terorisme, ditambah lagi gempa bumi yang melanda Yogyakarta, menyebabkan promosi pun harus dilakukan secara hati-hati. Jangan sampai, wisatawan malah menyesal dan enggan berkunjung lagi ke Indonesia. (OSA)

No comments: