23 August 2009

Pasar Tradisional vs Supermarket

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/08/23/2041432/Membatasi.Minimarket.Saja.Belum.Cukup
http://www.kompas.com/read/xml/2008/07/19/15045368/mendag.puji.pengelolaan.pasar.modern.bsd.

Pasar basah modern vs modern retail trade

(super market, mega market, hiper market,convenient stores)


Fenomena Pasar Basah Modern BSD mempelopori pengelolaan pasar dengan paradigma yang berbeda.

Bukti nyata adalah jumlah mobil yang parkir di sana semasa akhir minggu bisa mencapai pergerakan sekitar 100.000 mobil (Sabtu Minggu).

Pengalaman di Shanghai memperlihatkan bahwa pasar basah tradisional bisa bersaing dengan pasar modern eceran tanpa kecengengan manja.


Pasar basah tradisional disana kerap terkepung oleh berbagai kelas super market sampai ke convenient store spt Alfamart atau Indomart di Indonesia. Dari supermarket raksasa lokal Lian Hua, Hua Lian sampai ke raksasa seperti Carrefour, Lotus (Tesco).


Dekat domisili kami saja ada 1 pasar basah modern ketika kami pindah dan dalam 2 tahun disana bertambah lagi lebih dekat ke rumah 1 pasar basah tradisional.

Skala pasar ini sekitar hanya 200 pedagang beraneka ragam.

Produk ditawarkan dari sayur segar yang di pasok 2 x sehari (subuh dan jelang senja), ikan daging daging, ayam, bebek, produk kering (beras, ketan, gula), mracang bumbu, alat dapur, makanan siap saji yang dimasak ditempat, kedai makan, sampai ke spre, selimut..tukang reparasi tas, sleting, penjahit.


Satu hal yang menarik disana adalah kebersihannya yang dijaga sepanjang hari, kemudian dipintu keluar utama ada timbangan digital yg dikelola pemerintah.


Disana anda bisa menimbang sendiri barang belanjaan kiloan dan kalau kurang dari jumlah yang seharusnya bisa mengajukan keluhan langsung.

Karena majoritas pasar ini ada di area perumahan maka pengunjung kebanyakan jalan kaki atau naik sepeda sehingga masalah parkir tidak menjadi soal besar. Dan biasanya banyak halte bus dari berbagai jurusan yang berhenti disana, dan kendaraan umum ini tidak bisa ngetem karena sistim jadwal yang ketat dijalankan.

Di kaki lima juga tumpah ruah pedagang lainnya yang menambah iklim persaingan, walau pun yang dikaki lima ini tentu karena ilegal kerap di razia.

Namun ini menambah nuansa belanja di sebuah pasar tradisional yang kelihatan sekali disukai.

Dampak muliplier pada rumah makan, toko toko beraneka ragam disekitar pasar bisa disaksikan.

Kembali ke Jabodetabek, saya sejauh ini baru melihat pasar basah modern di BSD, Gading Serpong dan kelihatan ada spanduk dibuat pengembang dekat Gading Serpong yang sudah juga menawarkan lokasi baru.

Fenomena ini yang harusnya dilihat oleh PD Pasar Jaya dan pengelola pasar tradisional lainnya maupun pengembang kawasan.

Alih alih mengeluh akan hadirnya supermarket besar seyogyanya mencari keunggulan kompetitif dari sebuah pasar basah modern.

Contoh saya kepasar yang sudah tua dan terkenal di Surabaya, Pasar Pabean. Semestinya dengan lokasinya yang strategis, kelompok pembelanja yang jelas kelasnya, pasar ini bisa bersaing. Namun karena kekumuhannya, gelap, dan kotor membuat orang enggan kepasar ini. Dan saya yakin banyak sekali pasar pasar tradisional yang dikelola dengan mind-set lama dan perlu memperoleh paradigma baru dalam mengelola pasar.

Pasar Modern (Pasmo) BSD dan Sinpasa di Gading Serpong, serta pengalaman melihat di Shanghai membuktikan persaingan sehat bisa diciptakan.

Dalam jangka pendek berikan insentif insentif agar pasar trradisional baik yang lama maupun yang baru bisa berkembang dng subur. Iklim usaha yg baik diperlukan, bukan predatorial, bagaimana melayani pelanggan agar tercipta relasi yg baik, kebersihan pribadi maupun unit dan produk, menata dagangan.

Supply chain dari pemasokan agar produk produk dipasar tradisional benar benar segar.

Jam buka disesuaikan: spt di Shanghai pasar sangat ramai di pagi hari dan sore hari setelah jam kerja. Sehingga pasar buka sampai jam 8 malam. Pola kehidupan, ritme bekerja ini perlu dimengerti. Lihat supermarket jam jam sibuknya hampir sama di Jakarta dan kota besar lain. Sore hari lebih ramai dari pagi.

Hal hal kecil spt : kebersihan umum, fasilitas toilet yg benar benar bersih, ATM, tempat menimbang belanjaan, tempat penitipan belanjaan, penerangan yg cukup, sirkulasi udara yg baik biar ga pengap (tidak usah pake AC).

Loading dock utk pasokan barang yg baik, keamanan yg dijaga (jangan ada parkir liar, tukang palak utk nurunin maupun naikin barang),

Fasilitas umum spt: penghijauan lingkungan dlm bentuk taman taman kecil utk istirahat dan taman utk penitipan anak anak baik pedagang maupun pengunjung,

Retribusi kepada pedagang sebaiknya dipungut benar benar utk memenuhi biaya pemeliharaan bukan utk cari untung. Keuntungan bisa didapatkan dari sewa unit unit usaha.

Jangka panjang:

Pendidikan para pedagang: logistik, higien produk makanan, pengelolaan keuangan usaha, pengembangan usaha, pengembangan produk, penanganan produk paska jual, moral dan keagamaan, pendidikan keluarga, perpustakaan pedagang dan pasar tradisional, pendidikan hak dan kewajiban legal, koperasi simpan pinjam/ bank rakyat spt Grameen Bank, pendidikan pemasok ke pasar pasar, perihal pelayanan pelanggan.

Tinggal para stake holder bagaimana menyambut bola perubahan ini.

Urbanisasi sudah menjadi fenomena yg riel dimana mana dan bagaimana kita menyikapi dan ikut dalam perubahan ini.

Lupakan amarah terhadap pasar modern eceran (Carrefour dll), berikan persaingan maka yang terbaik akan menang.

Saya dan keluarga keluarga adik, teman teman sekarang ini, lebih suka berbelanja di Pasmo BSD atau Gading Serpong.


Bagaimana dng anda?


No comments: