30 January 2005

Media internal jadi jurus ampuh golkan bisnis

Halaman Depan
Minggu, 30/01/2005

Media internal jadi jurus ampuh golkan bisnis

Penampilan dan 'wajah' penuh warna. Sedap dipandang. Jauh dari kesan membosankan. Isinya pun ringan-ringan saja, tak membuat kening berkerut layaknya membaca surat kabar atau majalah yang serius.

Begitulah umumnya profil media internal sebuah perusahaan atau korporasi. Tapi justru disitulah letak kekuatannya. Biarpun gaungnya tidak sekeras media-media konvensional, justru sentuhan pengelolaannya terlihat sangat serius.

Simak saja pengalaman Grup Femina sampai akhirnya menangani majalah internal BMW di Indonesia (BMW Magazine) mulai dari perwajahan hingga cetak. Mereka sampai harus mengikuti 'tender' di kantor pusat BMW di Jerman.

Sesuai 'asal-usulnya', ulasan majalah yang terbit empat bulan sekali tersebut tentu saja tak jauh dari dunia otomotif yang dilakoni BMW di tingkat global maupun lokal. "Materi mengenai BMW seri terbaru, profil karyawan BMW seperti teknisi, sampai life style yang mengikutinya juga diangkat," ujar Mutia Hasan, public relations officer BMW Indonesia.

Tapi Femina tak sampai menyentuh materi dan topik yang akan diangkat. Itu kewenangan BMW pusat di Jerman. Begitu pula untuk menu lokal, BMW Indonesia juga yang menetapkan, sedangkan peliputannya diserahkan ke awak Femina. "Hanya saja untuk editing akhir, BMW Indonesia yang melakukannya," tutur Mutia.

Beragam kisah pun diangkat. Ada soal perjalanan cinta yang kekal hingga saat ini antara pembuat paku di Swiss, Werner Senn, 69, dengan BMW tipe 502 V8 Super buatan 1962 miliknya. Tak ketinggalan kisah travelling yang dikemas dengan mengendarai BMW X3 demi menjelajahi Prideaux Place di Inggris selatan. Dan kenikmatan petualangan dengan motor BMW K 1200 S yang mampu digeber hingga 10.000 rpm layaknya seorang pembalap sejati.

Majalah gratisan yang dicetak 10.000 eksemplar tiap kali cetak itu menjadi konsumsi para pemilik BMW. Ada yang dikirim ke kantor atau rumah pemilik. Tak ketinggalan BMW mejeng pula di hotel bintang lima, padang golf, spa, resto dan kafe.

Kalau diperhatikan cukup banyak pengiklan masuk di situ. Tentu saja dengan target pasar kelas atas atau premium. Paling tidak jam tangan Rolex, Raymond Weil, Telkomsel, Bank Mandiri sampai ke handle pintu berkrom emas dari Kenari Djaja berpromosi di majalah BMW yang beredar sejak 1993 itu. Sebelumnya mjalah itu dikelola Cahaya Sakti Motor.

Tak cuma BMW, Plaza Semanggi-salah satu pusat perbelanjaan dan meeting point bergengsi di ibukota-juga merasa perlu kehadirannya diliput media internal. Jadilah Plangi Magazine dengan moto sytlish n'festive dan dicetak sekitar 5.000 eksemplar tiap bulannya. "Kami tak menemui kendala serius dalam proses penciptaannya," kata A. Bram Bayuaji, executive editor majalah itu.

Awalnya Plangi hanya berupa newsletter dan hanya untuk media promosi dalam menjaring investor maupun penyewa di Plaza Semanggi. Tapi kini ulasannya pun mulai 'genit' dan tak terbatas persoalan internal saja. Pantaslah kalau tema-tema seputar gaya hidup, sosial, kesehatan dan juga psikologis ikut diulas.

"Bisa dibilang sekitar 60% sebagai media promosi, selebihnya adalah ulasan seputar kehidupan," kata Bram seraya menambahkan tarif iklan majalah yang diasuhnya berkisar Rp1,5-Rp 16 juta.

Libatkan rumah produksi

Agar perwajahannya lebih menarik, Plangi juga bekerja sama dengan salah satu rumah produksi. Pantas saja tampilannya lumayan modis.

Bermedia internal juga dilakoni BCA selama hampir setahun ini bersama mitranya, Desain 79. Tak ketinggalan fotografer profesional Darwis Triadi juga ikut memberi sentuhan tersendiri. 'Tapi isinya ditangani langsung oleh BCA," papar Darwis kepada Bisnis.

Fotografer papan atas itu punya pertimbangan tersendiri untuk menerima tawaran bank swasta tersebut. Dia menilai majalah internal BCA sudah menghargai foto, sehingga tinggal memberi sentuhan visualnya.

Untuk urusan jeprat-jepret, Darwis dibantu oleh empat fotografer. "Sebenarnya ikut terjun dalam majalan internal itu menguntungkan bagi saya karena berarti karya foto saya dihargai," ujarnya.

Maraknya media internal diakui Teguh Mahasari, direktur PT Askra Abandha Anantya yang sudah lebih dari lima tahun menggeluti bisnis tersebut. Kompetisi pun kian ketat.

Padahal saat dirinya mengikuti tender untuk mengelola majalah internal Telkomsel dan Plaza Indonesia, pesertanya masih bisa dihitung dengan jari. "Tapi sekarang bisa 10 lebih," katanya membandingkan.

Gagal di Telkomsel, Teguh justru dipercaya oleh Plaza Indonesia. Lain halnya dengan PT Integral Tunggal Dua Tiga yang menggarap majalah Plaza Senayan.

Kalau diperhatikan tampilannya kental dengan gaya hidup ketimbang sisi promotifnya. Itu berkat juga berkat kemampuan Diah P. Sumardi, managing editor Integral bersama timnya dalam meyakinkan kliennya.

Malah, menurut dia, untuk menggarap majalah internal Plaza Senayan perusahaan itu tidak perlu repot-repot mengikuti tender.

"Yang penting membuat gagasan yang cemerlang. Bila perlu suatu gebrakan atau terobosan baru yang tidak ditemukan pada in house magazine lain," paparnya.

Kendati makin ketat persainganya, Teguh optimistis peluang bisnis media internal masih terbuka seiring dengan pertumbuhan perusahaan besar di beragam sektor. Yang penting promosinya kena sasaran.

Karena itu sebagian besar porsi majalah yang dikelola Askra bernada promosi dan itu sesuai dengan permintaan pasar. (k3/k9/dw/reh)


© Copyright 2001 Bisnis Indonesia. All rights reserved. Reproduction in whole or in part without permission is prohibited.

No comments: