03 February 2005

Bulan Madu Batubara Masih Berlanjut Tahun Ini

Portal E-Gov Direktorat Mineral Dan Batubara
http://www.dpmb.esdm.go.id/modules.php?_mod=news&_id=1105&_cid=2&_sub=berita_seputar_bidang

1 Februari 2005 09:36:57
Bulan Madu Batubara Masih Berlanjut Tahun Ini

Bisnis, 1 Februari 2005
Bulan madu produsen batu bara bakal berlanjut tahun ini

Melambungnya harga minyak mentah selama tahun lalu, membawa berkah kepada produsen batu bara. Untuk tahun ini, harga minyak mentah di pasaran dunia diprediksi masih akan tetap tinggi, sehingga bulan madu produsen batu bara terus berlanjut.
China, misalnya, yang tercatat sebagai salah satu produsen dan eksportir utama batu bara dunia sejak tahun lalu telah berubah menjadi konsumen 'murni' menyusul tingginya permintaan bahan bakar untuk pembangkit listriknya yang menggunakan batu bara.
Harga batu bara dunia akhirnya terpengaruh oleh kondisi di China, apalagi impor batu bara dari negara ini terus melonjak. Di samping tentunya, kendala transportasi dari negara produsen.

Berdasarkan laporan yang dilansir Morgan Stanley, investment bank dari AS, impor batu bara China akan meningkat dua kali lipat.
Selama 2004, impor batu bara dari negeri tirai bambu ini meningkat 69% menjadi 19 juta ton. Volume impor tersebut hanya 1% dari konsumsi batu bara di China sebesar 1,9 miliar ton selama 2004 atau meningkat 20% dari kebutuhan tahun sebelumnya.

Keputusan China mengurangi ekspor batu bara membuat pasokan ke negara pembeli utama macam Jepang dan Korsel sedikit terganggu, sehingga Indonesia dan eksportir lainnya seperti Australia berpeluang mengisi
kekosongan pasokan ke kedua negara pembeli tersebut, selain berkesempatan meningkatkan ekspor ke Filipina dan Malaysia.

Apalagi harga komoditas tersebut sejak 2002 hingga 2004 terus meningkat dari rata-rata US$28,85 per ton menjadi di atas US$50 per ton telah mendorong sebagian besar produsen melakukan ekspansi produksi.

Indonesia, menurut PricewaterhouseCoopers, dalam laporannya Mine Indonesia 2004 yang bertajuk Tinjauan atas kecenderungan industri pertambangan Indonesia, merupakan pengekspor batu bara thermal terbesar kedua setelah Australia disusul China dan Afrika Selatan. Batu bara thermal sendiri digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik.

Bakal naik

Berdasarkan catatan Bisnis, selama 2003 ekspor batu bara Indonesia tercatat 85,61 juta ton atau naik dibandingkan 2002 sebanyak 74,17 juta ton.

Karena a.l. pertimbangan itulah, maka Ditjen Geologi dan Sumber Daya Mineral melalui Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara (DPMB) membuat patokan produksi batu bara nasional 2004 sebanyak 135 juta ton atau meningkat 18,4% dibandingkan rencana 2003 sebanyak 114 juta ton.

Untuk 2005, Ditjen GSDM sendiri belum mengeluarkan data terbaru mengenai rencana produksi kontraktor batu bara. Namun dapat dipastikan target produksi batu bara nasional tahun ini akan meningkat.

Dengan tren harga batu bara yang cenderung stabil atau mungkin bergerak naik tipis tahun ini, sudah jelas produsen batu bara nasional yang berorientasi ekspor akan menuai keuntungan yang berlipat.

PT Bumi Resources Tbk, yang memiliki dua anak perusahaan tambang batu bara yakni PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia, misalnya, telah mengambil ancang-ancang membangun terminal penerima batu bara di India guna mendukung penjualannya di negara tersebut.

Bumi ingin mendapatkan keuntungan dari tingginya harga batu bara dengan meningkatkan ekspor ke India, di mana peningkatan impor batu bara dari negara ini akan mencapai pada kisaran 10 juta hingga 13 juta ton selama 2005. Tahun lalu India diperkirakan mengimpor enam juta ton batu bara.

Menurut manajemen Bumi beberapa waktu lalu, pengapalan batu bara milik perusahaan itu ke India selama ini melalui terminal umum, sehingga membuat pengirimannya sulit dimaksimalkan.

Tahun ini, perusahaan itu menargetkan menjual dua juta ton batu bara ke India. Selain ke India, PT Bumi Resources juga menjual batu bara ke Taiwan, Hong Kong, Malaysia, Jepang, dan AS.

Setelah secara keseluruhan berhasil mengekspor 31,2 juta ton batu bara pada 2003, tahun lalu Bumi menarget-kan bisa meningkat menjadi 40 juta ton.

Kenaikan ekspor
Selain itu, selama 2003 tercatat 12 perusahaan kontraktor batu bara lainnya mengalami kenaikan ekspor, sehingga mendorong peningkatan ekspor komoditas itu secara nasional menjadi 85,61 juta ton dari tahun sebelumnya 74,171 juta ton.

Ke-12 Perusahaan kontraktor batu bara yang mengalami kenaikan ekspor tersebut adalah PT Adaro Indonesia menjadi 14,40 juta ton (2003) dari tahun sebelumnya (2002) 12,69 juta ton, PT Arutmin Indonesia menjadi 13,36 juta ton (2003) dari 9,86 juta ton dan PT Kideco Jaya Agung menjadi 8,66 juta ton dari 6,75 juta ton (2002).

PT Indominco Mandiri mengalami kenaikan ekspor dari 5,33 juta ton pada 2002 menjadi 6,03 juta ton selama 2003. Berau Coal juga mencetak kenaikan ekspor menjadi 5,19 juta ton dari sebelumnya 5,07 juta ton.

Perusahaan kontraktor lain yang mengalami kenaikan ekspor adalah Bahari Cakrawala Sebuku, Gunung Bayan Pratama Coal, Jorong Barutama Greston, dan PT Lanna Harita Indonesia.

Selain kebutuhan pasar ekspor yang cenderung meningkat, permintaan batu bara di dalam negeri pun tak bisa dipandang sebelah mata, terutama untuk pembangkit tenaga listrik.

Dengan dibangunnya sejumlah pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara berkapasitas ribuan megawatt, dipastikan permintaan komoditas itu di dalam negeri meningkat.

Sehingga pada gilirannya, kombinasi antara permintaan pasar ekspor dan domestik, ditambah dengan harga yang cukup menarik, akan mampu memacu produsen batu bara di Tanah Air untuk meningkatkan produksi dan mencetak keuntungan.

No comments: