Kata pejabatnya: Semoga rakyat bisa ngerti Menteri sibuk benerrr..
Pendidikan? Ah nanti dululah..itu.. yg penting ini bung, rapat dulu, kan sayang ada uang rapat, ada makanan, camilan, dan enak di gedung ber AC biar lagi hemat hemat juga ..
Kamis, 14 Juli 2005 |
Tim Olimpiade Fisika Tanpa Sambutan Hangat
Jakarta, Kompas - Di tengah peliknya krisis multidimensi, sebuah prestasi berskala internasional yang dipersembahkan pelajar Indonesia ternyata tidak sampai menggugah minat pejabat teras pemerintah untuk memberikan sambutan atas prestasi mereka. Tim Olimpiade Fisika Indonesia yang baru merebut dua medali emas dan tiga perunggu dalam Olimpiade Fisika Internasional di Salamanca, Spanyol, 3-12 Juli 2005, itu tiba kembali di Tanah Air hari Rabu (13/7) tanpa sambutan hangat. Suasana penyambutan mereka di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, kemarin, sangat jauh berbeda ketika tim Indonesia keluar sebagai juara umum Olimpiade Fisika Asia di Bangkok, Thailand, tahun 2003. Saat itu, meskipun hanya berprestasi skala Asia, namun dengan hasil enam medali emas dan dua honorable mention, pelajar- pelajar Indonesia sempat disambut Sekretaris Jenderal Depdiknas Makmuri Muchlas. Tak hanya itu, demi menggaungkan kebanggaan akan prestasi anak bangsa di tengah terpuruknya mutu pendidikan nasional, bahkan serombongan pelajar juga dikerahkan menyambut mereka. Kali ini, dengan prestasi berskala internasional, Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo yang semula dijadwalkan menyambut mereka berhalangan hadir di bandar udara. Sekjen Depdiknas Dodi Nandika, yang disebut-sebut mewakili Mendiknas, ternyata juga berhalangan. Akhirnya, kelima pelajar SMA yang baru saja mengharumkan nama bangsa itu disambut oleh Direktur Pendidikan Menengah Umum Depdiknas Zamroni. Tempat acara penyambutan terpaksa bergeser dari semula di ruang VIP ke ruang kedatangan penumpang biasa. Sebab, penyelenggaraan acara di ruang VIP hanya lazim jika dilakoni pejabat eselon I ke atas. Meski demikian, para anggota tim tetap berbangga karena mereka disambut oleh orangtua dan sanak famili. Mereka terdiri atas dua peraih emas, yakni Andhika Putra (siswa SMA Sutomo 1 Medan) dan Ali Sucipto (SMA Xaverius 1 Palembang). Tiga lainnya, peraih perunggu, adalah Purnawirman (SMA Negeri 1 Pekanbaru), Michael Adrian (SMA Regina Pacis Bogor), dan Ario Prabowo (SMA Taruna Nusantara Magelang). Saya tidak bisa ngomong banyak. Yang pasti, kalau disambut oleh menteri atau pejabat teras Depdiknas, tentu kebanggaan kami dan orangtua terasa lebih lengkap. Prestasi ini kami raih dengan persaingan ketat, kata Ali yang kemarin disambut ayahnya, Hendrajaya. Sang ayah mengaku jauh-jauh datang dari Palembang demi menyambut anaknya yang sudah dua kali memperkuat Indonesia dalam olimpiade fisika internasional. Tahun lalu di Pohang, Korea, dalam ajang yang sama, Ali meraih honorable mention. Prestasi makin baik Pembina Tim Olimpiade Fisika Indonesia Yohanes Surya menyebutkan, dilihat dari tingkat persaingan dan nilai yang diraih, tahun ini prestasi Indonesia maju pesat ketimbang hasil dari olimpiade serupa di Pohang. Tahun lalu, di antara 332 peserta (dari 73 negara), Indonesia hanya merebut satu emas, satu perak, dan dua perunggu. Tahun ini, dengan jumlah peserta yang naik menjadi 340 (76 negara), Indonesia tak sekadar melipatgandakan emas. Nilai karat emas yang dicapai pun kali ini bahkan lebih murni dibandingkan dengan tahun lalu. Emas Andhika bernilai 48,3 dan emas Ali bernilai 46,6, lebih tinggi daripada nilai emas yang diraih Yudhistira Virgus (44,8) di Korea 2004. Olimpiade fisika kali ini adalh yang terbesar sejak Olimpiade Fisika Internasional pertama digelar tahun 1967. Tentang ketidakhadiran Mendiknas Bambang Sudibyo, Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Luar Negeri Depdiknas Suwarsih Madya mengatakan, pada saat yang sama Mendiknas sedang rapat. Materinya, antara lain, untuk menyiapkan bahan-bahan pidato presiden tentang nota keuangan. Semoga publik bisa memahami hal ini, katanya. (NAR) |
No comments:
Post a Comment