09 February 2006

Pariwisata dan kemiskinan

Kompas Kamis, 09 Februari 2006



Pariwisata Mampu Atasi Kemiskinan

Tren Pariwisata Dunia 2006 Tetap Naik

Yogyakarta, Kompas - Sebanyak 31 negara anggota United Nation World Tourism Organization atau UN-WTO menyatakan, kemajuan sektor pariwisata mampu mengatasi kemiskinan. Pengelolaan pariwisata yang baik akan menguntungkan bagi para perajin suvenir hingga operator perjalanan wisata.

Pernyataan itu disampaikan dalam "International Conference on Cultural Tourism and Local Communities" di Yogyakarta, Rabu (8/2). Dalam konferensi itu, seluruh peserta saling bertukar soal tantangan dan potensi pariwisata budaya untuk meningkatkan masyarakat lokal.

Sekretaris Jenderal UN-WTO Francesco Frangialli mengatakan, di tengah ketidakpastian kondisi negara-negara akibat terorisme, kenaikan harga minyak, dan dampak flu burung, tren pariwisata dunia tahun 2006 tetap akan tumbuh. Bahkan, pertumbuhan tahun ini diperkirakan lebih tinggi dari tahun 2005, yakni 5,5 persen di dunia dan 7 persen di Asia Pasifik.

Francesco mengatakan, untuk mendorong terciptanya peningkatan dan pemerataan kesejahteraan, pariwisata budaya dapat mengurangi kemiskinan di seluruh dunia. Pariwisata membuka kesempatan kerja, mengembangkan sosio-ekonomi, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal.

Lebih dari sepuluh dekade terakhir, WTO aktif mendukung pengembangan pariwisata budaya di seluruh dunia. Tahun 2004, UN-WTO menyelenggarakan pertemuan tingkat menteri tentang pariwisata budaya dan pengurangan kemiskinan. UN- WTO juga mendirikan sebuah lembaga yang menyelenggarakan kegiatan pariwisata berkelanjutan untuk mengurangi kemiskinan di negara berkembang.

Menteri Pariwisata India AK Misra menjelaskan, berdasarkan laporan Bank Dunia sekitar 65 persen penduduk di Asia merupakan penduduk miskin. Berarti 712 juta orang hidup dengan pendapatan kurang dari satu dollar AS per hari.

"Karena itulah, sektor pariwisata harus menemukan cara-cara praktis khususnya dalam memotivasi pelaku atraksi kebudayaan sehingga dapat berperan memerangi kemiskinan," kata Misra.

Berdasarkan prospek jangka panjang, UN-WTO memperkirakan jumlah arus turis di seluruh dunia mencapai 808 juta orang tahun 2005. Tahun 2020, arus turis diperkirakan mencapai 1,6 miliar. Hingga tahun 2004, kontribusi pariwisata bagi pertumbuhan dunia (produk domestik bruto/PDB) dunia sebesar 10,4 persen, penciptaan tenaga kerja (8,1 persen), nilai ekspor (12,2 persen) dan investasi (9,4 persen). "Jadi, pariwisata masih merupakan mesin kekuatan untuk menggerakkan lapangan pekerjaan dan terciptanya kesejahteraan," tegas Misra.

Menarik wisatawan

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan, kegiatan budaya mulai dari bersifat seni hingga kehidupan masyarakat lokal berpotensi menarik minat wisatawan mancanegara. Tanpa disadari, kedatangan wisatawan sangat membantu masyarakat meningkatkan perekonomian. Tentunya, faktor keamanan tetap harus diupayakan.

Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie dalam pidato pembukaan menyebut pariwisata sebagai lokomotif global dalam peningkatan PDB dan penciptaan lapangan kerja. Sebab, pariwisata memiliki kekuatan multidimensi bagi masyarakat.

Di Indonesia, kata Aburizal, perjalanan wisatawan dapat memberikan kontribusi sebesar 19 persen dari pendapatan nasional. Bukan hanya dari sektor tiket perjalanan dan hotel, tetapi juga suvenir dan penerimaan dari daerah tujuan wisata.

"Sektor pariwisata nasional dapat menciptakan lapangan kerja cukup besar. Tahun 2002, sektor pariwisata mampu menyerap 7,8 juta orang tenaga kerja, sedangkan tahun 2003 meski mengalami penurunan tetapi masih 7,2 juta orang," kata Aburizal.

Terkait begitu mudahnya pemberlakuan kebijakan travel warning beberapa negara bagi Indonesia sehingga merugikan pariwisata dalam negeri, Jero Wacik mengungkapkan, menteri-menteri ASEAN akan membicarakan itu di Makau, China. (OSA/BEN)

No comments: