20 July 2009

Ektrimis dan ketidak adilan pembagian

Peristiwa Jumat lalu, 17 Juli 2009 sungguh amat mengerikan, peristiwa lanjutan di Temanggung
(http://koran.kompas.com/read/xml/2009/08/24/03192668/radikalisme.yang.kompleks.di.kabupaten.temanggung)

Tayangan tayangan yang amat deskriptif atas korban korban dilakukan TV lokal sini tanpa reservasi.

Kalau dipikir lebih dalam, dan ini yang timbul dibanyak benak saya pikir adalah kenapa mesti begini?
Ada berbagai faktor yang memicu, memovitasi orang menjadi ektrim, militan.

Salah satunya adalah ketidak adilan yang sangat, yang dahsyat.
Contoh ini bisa kita liat dari hal hal yang mungkin sudah tak kasat mata lagi dalam pikiran kita.

Lihat pemusatan kekayaan keuangan dimana mana.. kita semua tahu dari tapak ekologis negeri negeri maju itu berbanding sangat tidak ideal dng negeri berkembang.

Didalam skala kita saja, Indonesia, konon jumlah uang yang beredar ada 70% di Jakarta, ini tentu menggambarkan betapa semua berputar di ibukota ini dari sisi perekonomian.

Orang berlomba untuk datang ke Jakarta ikut mencari bagian dari cipratan 70% ini. Kreatifitas, fasilitasi semua ikut bak semut nemu gula, bak tawon jumpa madu.

Sementara di daerah daerah yang tak usah jauh jauh lah, baca reportase liputan penyusuran pantai Selatan Jawa beberapa bulan lalu di Kompas. Betapa ini masih di Jawa saja ketinggalan berpuluh puluh tahun.
Apalagi kalau mau dipakaikan tolok ukur yang kita kenal dengan Pantura nya Jawa.

Ya, peran agen pembangunan, agen pengembangan, agen perubahan ini menurut saya sangat minim di sadari oleh para agen agen yang pernah ada dan masih ada.

Akibatnya: ketidak adilan bertumbuh subur makmur dimana mana.
Dari hal dasar di hukum Maslow deh.. ketidak adilan yang sekedar sekolah yang baik (baru ngomong bangunannnya aja nih.. boro boro soal kualitas pengajaran).. kesusahan mendapatkan pengobatan dasar, rumah rumah yang tidak sehat bahkan di kampung yang seharusnya bisa lebih sehat krn padatnya penduduk lebih sedikit, bahan bakar yang langka (banyak penduduk balik ke kayu bakar)..pangan yang tersedia keragaman nya sedikit sehingga sulit untuk mendapatkan menu sehat..ada desa di dekat Subang dengan penduduk sekitar 50 kk, sebulan menghabiskan uang belanja lauk asin - ikan asin sampai sekitar 1 ton karena tidak ada alternatif lain spt ikan segar, daging sapi, ayam yang sanggup dibeli.

Sementara di pusat pusat urban segala dengan mudah didapatkan, sering kali malah lebih murah dari di tempat produsennya.. dan tidak ada daya tawar dari kaum produsen kecil terhadap para pedagang besar, pengecer modern dll.
Rangkaian sebab akibat ini membuat sense of fairness semakin peka tajam dan akibat ketidak berdayaan puluhan tahun, pendidikan yang separuh paruh.. mendorong dengan mudah ke janji janji baru yg ditawarkan.Harapan harapan baru yang di jajakan..
Jalan kesana harus lewat mana? Militanisme adalah salah satu yang sering ditempuh, revolusi..

Soal pengungkapan kejadian Jumat lalu harus dilakukan, krn itu perbuatan kriminal dan melawan keadilan umum juga.
Namun gambar lebih besar nya harus dengan sungguh ditangani.

Beberapa tahun lalu, semasa Bill Clinton menjabat, ekonomi AS bertumbuh dengan pesat, booming istilah ekonominya.. dan voila.. angka kriminalitas nasionalnya turun pesat sekali.

Benang merah disitu mengatakan, majoritas manusia mau hidup baik baik, biasa biasa saja, cukup makan sandang papan dan mereka akan memilih bekerja baik baik.
Penuhi kebutuhan dasar, rasa adil yang dasar, anak anak bisa sekolah dengan baik di sekolah yang memadai, aman.. gampang to?

No comments: