31 January 2005

Peluang Ekspor Ikan Hias Indonesia Besar

Senin, 31 Januari 2005

Cibinong, Kompas - Komoditas ikan hias asal Indonesia masih berpotensi besar untuk mengisi pasar ekspor ikan hias dunia. Mengingat pangsa pasar ikan hias di pasar global mencapai 500 juta dollar AS, dan yang berhasil diisi oleh Indonesia baru 14,6 juta dollar AS.

Demikian dikatakan Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi saat membuka bazar dan pameran ikan hias dan koi di Cibinong, Jawa Barat, Sabtu (29/1). Pameran akan berlangsung dari 29 Januari-6 Februari 2005.

Menurut Freddy, Indonesia memiliki 240 jenis ikan hias air tawar dan ribuan jenis ikan hias air laut. Akan tetapi, yang telah dikembangkan baru sekitar 50 jenis. Volume ekspor ikan hias tahun 2001 sebesar 14,6 juta dollar AS, dan tahun 2004 meningkat menjadi 15,7 juta dollar AS. Nilai transaksi perdagangan ikan hias di pasar dunia 500 juta dollar AS.

"Dengan potensi yang kita miliki, seharusnya RI merebut peluang pasar yang sebesar-besarnya. Karena itu, semua pihak terkait mau bekerja maksimal sehingga mampu menghasilkan ikan hias yang dapat memenangi persaingan di pasar global," kata Freddy Numberi.

Paling langka

Menurut Dirjen Kelembagaan dan Pemasaran Departemen Kelautan dan Perikanan Sumpeno Putro, sedikitnya ada dua jenis ikan hias yang paling langka di dunia, dan hanya hidup di Indonesia, yakni arwana super red di Kalimantan Barat dan jardini di Papua. Harga ikan jardini dengan panjang 4-5 cm di pasar dunia 60 dollar AS per ekor.
Ikan arwana super red dengan ukuran sama harganya tiga dollar AS per ekor. "Jadi, kalau potensi ini dikembangkan secara serius, saya yakin suatu saat Indonesia mampu memenuhi 25 persen dari total kebutuhan ikan hias dunia," ujar Sumpeno.

Tentang ekspor yang masih minim, Indonesia belum mampu menjamin mutu ikan hias yang dipasarkan serta belum mampu memenuhi komitmen ekspor ikan hias dengan jenis dan ukuran yang sama dalam jumlah yang banyak. Sebaliknya, Singapura mampu memenuhi permintaan itu. Bahkan, diyakinkan lagi dalam tempo dua pekan, pesanan itu sudah tiba di tangan konsumen di negara pengimpor. Eksportir di negara itu juga menjamin kontinuitas suplai ikan hias.

Kesanggupan Singapura itu didukung kegiatan riset ikan hias dan akses penerbangan yang lancar ke berbagai negara dengan tarif yang murah. Misalnya, ongkos angkut pesawat ikan hias atau ikan hidup dari Denpasar ke Tokyo dikenakan tarif dua dollar AS per kilogram, sedangkan dari Los Angeles atau Mexico ke Jepang yang lebih jauh hanya dipungut 0,2 dollar AS per kilogram.(jan)

No comments: