17 January 2005

WorldHelp Tak Punya Hubungan dengan Gereja di Indonesia

WorldHelp Tak Punya Hubungan dengan Gereja di Indonesia

Jakarta, Sinar Harapan

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) menyatakan WorldHelp tidak punya hubungan apapun dengan gereja-gereja di Indonesia. Selain itu, setiap bantuan kemanusiaan yang diberikan kepada korban gempa dan tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatra Utara (Sumut) harus betul-betul murni kemanusiaan, tidak disertai dengan motif lain.

“WorldHelp tidak dikenal oleh KWI dan PGI. Usaha kemanusiaan jangan sampai dinodai dengan motif-motif yang lain. Anak-anak Aceh jangan dibawa keluar dari Aceh. Kalau lembaga internasional ingin membantu menangani masalah kemanusiaan, maka harus bekerja sama dengan Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan umat muslim lainnya,” kata Sekretaris Eksekutif KWI, Benny Susetyo, Pr, ketika dihubungi SH, Senin (17/1) pagi.


Benny juga menegaskan, lembaga internasional tidak boleh mendirikan panti asuhan sendiri, kecuali apabila mendukung apa yang sudah dilakukan oleh NU, Muhammadiyah dan umat muslim lainnya.


Pada hari ini dikeluarkan siaran pers tentang kesepakatan bersama antara lain oleh Ketua Umum PGI Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe, Sekretaris Eksekutif HAK-KWI Romo Benny Susetyo, Pr, Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dr. Ahmad Syafi’i Ma’arif, Ketua Umum PBNU K.H. Hasyim Muzadi.


Kesepakatan bersama itu didukung oleh Madia (Masyarakat Dialog Antar Agama), ICRP (Indonesian Conference on Religion and Peace), Freedom Institute, YMCA (Young Men Christian Association) Indonesia, P3M (Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat), JIL (Jaringan Islam Liberal), Lakpesdam NU (Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Manusia Nahdlatul Ulama), ICIP (International Center for Islam and Pluralism), JPS (Jamaah Persaudaraan Sejati), Wahid Institute.


Pernyataan tersebut dibuat setelah mencermati isu-isu destruktif yang berkembang seputar tragedi Aceh, khususnya berita yang dimuat koran Washington Post (Amerika) tanggal 13 Januari 2005, dan edisi Indonesianya sudah diberitakan di Republika tanggal 14 Januari 2005.


Ditegaskan pula bahwa komunitas Kristen di Indonesia, dalam hal ini PGI dan KWI, menolak segala usaha untuk menyalahgunakan misi kemanusiaan sebagai cara kristenisasi. Hal ini sangat bertentangan dengan semangat dan ajaran Kristen yang sebenarnya.


Oleh karena itu PGI dan KWI menyerukan kepada komunitas Kristen internasional, jika ingin membantu anak-anak korban bencana tsunami di Aceh dan Sumatra Utara hendaknya memakai jalur kerja sama dengan NU dan Muhammadiyah, serta lembaga-lembaga keislaman lainnya. Ini sudah menjadi kesepakatan di antara tokoh-tokoh agama dari PGI, KWI, NU dan PP Muhammadiyah, khususnya dalam menangani masa depan anak-anak korban tsunami.


Mereka menyambut baik upaya pemerintah mencegah anak-anak korban bencana tsunami Aceh keluar dari wilayah Aceh, maupun upaya pemerintah mencegah langkah-langkah WorldHelp. Menurut berita terbaru di Washington Post, tanggal 14 Januari 2005, pihak WorldHelp sudah membatalkan rencana awal mereka.


“Kami mengimbau masyarakat lebih menggunakan akal sehat dalam merespon isu-isu yang berkaitan dengan misi kemanusiaan, dan tidak mudah terpancing oleh berita-berita yang tidak berdasar. Kami berharap agar segala polemik yang tidak produktif bagi misi kemanusiaan di Aceh dan Sumatera Utara segera diakhiri. Sudah saatnya kita bekerja sama untuk mengatasi bencana nasional ini secepatnya,” demikian isi siaran pers tersebut.

Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah surat kabar luar negeri di antaranya Washington Post dan Sydney Morning Herald, Kamis (13/1) memberitakan Presiden WorldHelp—kelompok misionaris asal Amerika Serikat—Pendeta Vernon Brewer, mengatakan organisasinya telah membawa 300 anak yatim dari Banda Aceh ke Jakarta. Anak-anak itu dititipkan di rumah/panti anak di pinggiran Jakarta.

“Di masa normal, Banda Aceh tertutup bagi orang asing dan juga penyebar agama,” kata Brewer. “Karena kondisi darurat, para misionaris memiliki hak untuk masuk dan menyebarkan agama,” lanjutnya. Ia juga menyatakan telah mendapat izin dari Pemerintah Indonesia. Namun sehari kemudian, Brewer menyatakan menghapus pernyataannya itu.

Tak Tahu
Sementara itu, Ketua Umum PGI, AA Yewangoe mengungkapkan PGI tidak tahu-menahu dengan beredarnya informasi tentang WorldHelp yang dinyatakan membawa 300 anak Aceh untuk diadopsi.
Hal itu dikatakan Yewangoe ketika dihubungi SH, Senin (17/1). Ia mengungkapkan, PGI sudah bersepakat dengan organisasi Islam yang ada di Indonesia untuk menyalurkan bantuan melalui organisasi Islam yang ada seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Informasi semacam itu tidak perlu diributkan kalau mau melihat kebenaran faktanya. Ia mengatakan, perlu dicek kebenarannya apakah mungkin membawa keluar 300 anak Aceh tanpa diketahui orang. Padahal, katanya, Ikatan Keluarga di Aceh sangat kuat jadi sulit bagi seseorang mengeluarkan mereka dari Aceh.

Yewangoe menegaskan, anak-anak tidak boleh dicabut dari akarnya.

Oleh karena itu, katanya, setiap bantuan yang akan diberikan gereja harus disalurkan melalui organisasi Islam yang ada. (ayu/ksa)

No comments: